Menu Tab

  • BERANDA
  • PUISI
  • MOTIVASI
  • INDOOR
  • OUTDOOR

Jumat, 28 Desember 2012

Beach Observation


We proud to be a fourth grade. Why? Because in a fourth grade we have beach observation. And we will monitoring our program until the next year. The next fourth grade will continuing the program.






Our program are; Study how to make a ice block, interview in a fish auction, live in a village, and beach observation (water, beach habitat, and mangrove).





We are not only monitoring water but also the beach environment. Pollutant in a sailor village still a big problem. Especially for ocean's water.
Oil and garbage made water dirty and stink. It means, that is not health environment.






One more program, we have a new team in the village. Students from village. They plant together with us.




Sabtu, 15 Desember 2012

PIKIR DAN HAWATIR

Setelah semalaman diguyur hujan, bau sedap tanah masih tercium dalam setengah sadarku. Ketika adzan Subuh berkumandang. Mataku dan hatiku masih berdiskusi untuk segera beranjak menuju kamar mandi, atau menuruti tubuh yang masih tergeletak. Mungkin karena suasana dingin masih menyelimuti, jadi tubuhku ingin memanjakan diri. Sedetik kemudian bunyi sms di hp ku memaksa mataku untuk membacanya. "Apakah anda jadi jalan-jalan pagi?".
Sejenak aku mengingat janjiku untuk jalan-jalan pagi jika hujan tidak turun. Akhirnya, aku menjawab sms tersebut, "Ya Pak, pukul 04.45 saya berangkat".
Aku bergegas bangkit dan menuju kamar mandi, membersihkan muka, kemudian berwudlu. Setelah selesai sholat dan persiapan jalan pagi cukup, aku mengambil sepatu usangku. Hmmm, terlalu lama aku tidak memakai sepatu ini, berdebu, dan hampir tidak cukup. Aku bersihkan ala kadarnya, karena aku akan memakainya jalan pagi.
Perjalananku cukup panjang, kira-kira 3 Km (kalau salah kira ya maaf), hehehe. Sebelum mulai perjalanan aku melakukan warming up terlebih dahulu. Aku juga membawa hp dan sejumlah uang untuk kepentingan di jalan. Tepat pukul 04.45 aku mulai perjalananku.
Keluar dari pagar, aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Berpikir memilih jalan mana yang akan kuambil. Jika ke kanan berarti aku akan melewati perumahan besar dengan gedung-gedung bak istana, sepi, dan aku sendiri di pagi hari yang masih diselimuti mendung.
Kalau aku ambil jalur kiri, aku akan melewati persawahan, rumah penduduk, pemakaman umum, Liponsos, dan tambak. Aku tidak yakin itu juga akan ramai, karena mendung masih mampu membuai mimpi bagi yang ingin bermalas-malasan di hari Minggu.
Aku akan ambil jalan yang kiri dengan segala resikonya. Aku mulai perjalananku, seperti biasa selalu ada lafadz-lafadz yang muncul tanpa aku panggil setiap aku melakukan perjalanan sendiri. Aku belajar menikmati perjalan pagi dengan mendungnya. Sampai di persawahan, dari belakan aku mendengar suara sepeda yang dikayuh. Sebenarnya aku tidak ingin menoleh, tetapi untuk keamananku aku harus memastikan.
Aku menoleh ke belakang, kulihat seorang lelaki muda mengayuh sepeda. Aku segera meluruskan pandangan dan sedikit bergegas dengan lari kecil.
Sebenarnya, selintas aku mengingat sebuah kejadian dimana tepat di area persawahan ini, pernah ada kejadian mutilasi. Huuuuuft, ngeri!!! Jadi secara reflek aku menoleh untuk memastikan situasi dan menyiapkan keberanianku. Paranoid!!! Hehehe ....
Aku sudah memasuki perkampungan, masih sepi! Ternyata mendung dan hujan tadi malam masih menyisakan aura kemalasan yang dibungkus dalam tidur pagi.
Aku melintasi jembatan pendek yang menghubungkan gang berikutnya. Aku mulai melihat beberapa ibu-ibu beraktifitas. Mereka menyiapkan sayur dan tempe, pasti itu untuk sarapan keluarga mereka. Aku hanya menunduk ketika melintasi mereka yang sedang asyik mencuci sayur bayam, kangkung, dan lainya.
Seorang bapak tua di depan rumah, seperti bersiap untuk menyehatkan badan dengan olah raga ringan. Aku tersenyum kepada bapak itu dan menyapa dengan sapaan khas Jawa, "Monggo Pak". Bapak itu mengulang kata "monggo" dan memberi senyuman balik untukku.
Ketika di ujung gang aku sadar, matahari sudah mulai menampakkan bias sinarnya. Aku tersenyum menyambutnya dan kekhawatiranku berangsur menurun. Aku melihat jam di hpku, pukul 05.05. Hmm, ternyata perjalananku baru 20 menit. Siap! Sepertinya, menit berikutnya akan lebih lancar karena aku akan melintasi pemakaman umum, Liponsos, dan area tambak. "Enggak juga sih", pikirku. Hehehe ... khawatir lagi kan?
Bagaimana tidak?, pernah saat pukul lima pagi aku sudah bersiap di depan pagar, sudah siap jalan pagi. Tiba-tiba dari arah kiri, kulihat seorang lelaki tanpa  busana berjalan sendiri. Aku langsung masuk kembali dan membangunkan Pak Satpam, meminta untuk mengusir lelaki itu. Pak satpam malah menjelaskan, "Kemarin dia masih pake celana, hari ini kok sudah enggak. Itu mungkin orang gila yang lepas dari Liponsos". Waduh .... !!!!
Segera kubuang pikiran resahku, syukurlah ... aku melihat seorang ibu jalan bergegas, seperti tak mau ketinggalan sesuatu. Dua ekor kucing bertengkar di belakangnya, namun ibu itu tetap berjalan cepat tanpa menghiraukan kucing yang akhirnya juga saling berkejaran melewati kakinya.
Aku mengarahkan pandangan ke sebelah kiri, area pemakaman umum. Kulihat di tengah ada gazebonya, aku tidak ingin mengamatinya. Kuarahkan pandangan ke kanan, pemakaman umum juga. Ada dua bangunan seperti rumah ibadah yang sedang dalam rangka dibangun.
Sesaat, aku segera mengarahkan pandanganku ke sebuah pintu gerbang. Ya, Liponsos! Dengan harapan baik, aku melihat ke pintu gerbang. Kulihat pintu sedikit terbuka, dan seorang tertidur di depan pos jaga. Mungkin itu salahsatu satpam yang sudah lelah berjaga semalaman.
Aku mempercepat langkah hingga setengah berlari. Langkahu tertahan, karena aku mendengar kicau burung yang tidak biasa kudengar.Ini Surabaya, kota metropolitan ke dua sesudah Jakarta. Dan, aku masih mendengar suara kicau burung ini?
Oooh, ternyata di depan sebuah wisma/panti, pepohonannya masih sangat rindang. Itu yang membuat burung-burung itu senang tinggal di situ. Rasanya sangat menyenangkan!
Belum usai kekagumanku mendengar nyanyian burung, aku dikejutkan dengan rumah-rumah penduduk yang sebelumnya aku ketahui sebagai daerah pemulung, sekarang sudah rata dengan tanah. Aku melihat puing-puing rumah rata, dan hamparan sampah bercampur, berserakan. Kemana saja aku selama ini? Hingga aku tak mengetahui daerah ini sudah berubah.
Di tengah pengamatanku, aku melihat ada sebuah warung lesehan. Masih juga ada kegiatan entrepreneur di tengan hamparan bekas sampah ini? Manusia ... manusia! Untuk bertahan hidup atau memanfaatkan situasi dan kondisi ya?
Sudahlah, jika aku asyik menjadi pengamat pagi ini, aku tidak akan segera sampai di ITS. Daerah padat sudah di depan mata, terminal, pasar pagi, dan kendaraan mulai hilir mudik. Aku meilhat jam di hpku, pukul 05.30. Okeh, aku sudah jalan kaki selama 45 menit.
Aku segera menghitung lama waktu yang kubutuhkan untuk sampai di tempat tujuanku. Oke, aku pasti bisa mencapainya dalam 10 menit. Benar, setelah aku mengabaikan keramaian pagi di daerah pasar, aku segera melintas gang kecil. Melalui jembatan kecil dan antri untuk menunggu giliran jalan, karena dari arah yang berlawanan masih ada sepeda yang ingin melalui jembatan tersebut terlebih dahulu.
Tepat 10 menit, sesuai dengan perkiraanku! Yes! Alhamdulillah, aku sampai dengan selamat!
(untuk lanjutan cerita, lain waktu ya!)

Sabtu, 17 November 2012

Endorsment Bu Sirikit Syah



Menjadi perempuan yang terinspirasi

Saya sering mendapat julukan “inspiring woman”, bahkan beberapa tahun lalu diresmikan dengan penghargaan dan plakat berbunyi demikian dari PKS Jatim. Nah, Sabtu pagi kemarin aku mengalami hal yang terbalik. Jumatnya, Pak Martadi, salah satu sobatku, minta tolong agar menggantikannya memberi komentar/endorsement pada peluncuran buku ustadzah @Hamdiyah Rochmah di Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya. Karena kulihat agendaku Sabtu gak ada apa-apa, aku sanggupi.

Buku baru dikirim Jumat malam dan baru saya tahu ada di meja Sabtu pagi. Saya berangkat pukul 8 meskipun undangan pukul 9, sambil baca buku di mobil dan di ruang tunggu SAIMS. Subhanallah, bukunya sangat menarik. Judulnya Kelasku, Laboratorium Kehidupan. Acara sangat meriah, untuk ukuran seorang guru SD. Ada anak-anak baca puisi, main perkusi, main musik, menyanyi, akting, semuanya mengggambarkan kisah-kisah yang ada dalam buku. Lalu ada film ttg SAIMS dan kegiatan belajar mengajar Ustadzah Rochmah. Filmnya begitu bagus, gambar-gambarnya ‘bercerita’, ada teksnya juga dwi-bahasa (Indonesia-Inggris), plus ilustrasi musik/lagu yang amat pas. Seusai pemutaran film itu, beberapa ibu bisik-bisik “Kami orangtua siswa juga ingin sekolah di sini …”.

Yang paling menyentuh hatiku adalah video The Power of Dream, yang merupakan profil Ustadzah Rochmah. “Berawal dari sini …..” lalu ada gambar sebuah kampung di Lamongan, sebuah rumah, dan seluruh anggota keluarga. “Datang dari desa kecil, tidak berarti memiliki mimpi kecil ….”, video berlanjut ke berbagai kegiatan Ustadzah ketika mengajar, hingga melanglang ke beberapa negara tetangga. Seluruh presentasi itu diberi ilustrasi lagu The Power of Dream, yang liriknya selaras dengan kisah gadis dari desa kecil bercita-cita besar ini.

Ustadzah juga bercerita bahwa kedua orangtua dan sebagian besar saudaranya adalah guru. Dikisahkan pula bahwa ayahandanya sedih bila sesuatu yang buruk menimpa muridnya, lalu bisa berwajah gembira bila hal baik yang terjadi. Saya tersentuh: ada berapa guru/dosen yang seperti ini? Murid/mahasiswa gak masuk, dicuekin. Apakah dia sakit, kecelakaan, orangtuanya masuk RS, orantuanya bercerai, dll? Banyak guru/dosen tidak peduli.

Pendeknya, video dengan dwi-bahasa yang cukup baik itu membuat aku mbrebes mili. Ini menyadarkan saya bahwa banyak sekali orang hebat, perempuan hebat, dari generasi di bawah saya. Oleh sebab itu, saya imbau Pak Ismail Nachu, Ketua ICMI, yang adalah ortu siswa, agar kapan-kapan kalau butuh pembicara atau tokoh perempuan, Ustadzah Rochmah dijawil. Alhamdulillah, ternyata Ustadzah Rochmah salah satu pengurus ICMI juga –hanya saya jarang bertemu dalam rapat.

Di akhir acara yang luar biasa itu: mencerahkan, mengilhami, membuat saya tepekur, ada penjualan buku. Saya membeli 10 bukunya. Buku-buku ini akan saya hadiahkan pada para peserta terbaik di pelatihan SSW. Sungguh, buku yang bahasanya enak dibaca dan isinya berbagi pengalaman teaching & learning yang breaking the tradition, out of the box, amat berharga dibaca terutama oleh sesama guru.

Selasa, 24 Juli 2012

Malam Ketiga


Setiap pulang aku menyempatkan untuk menjelajah alam. Aku pergi ke ladang keluarga yang sudah terjual. Aku ingin berbincang dengan alam semesta. Aku bertemu dengan seorang kakek di sana. Aku berbincang dengan beliau, beliau bercerita tentang perasaannya. Dadaku terasa agak sesak, mataku mulai panas, tapi “Aku tidak mau menangis”.
Aku mencoba bercerita tentang pengalaman mengajarku yang selalu membahagiakan. Beliau tertawa, melihat tawa si kakek sebenarnya dadaku semakin bergemuruh. Aku terus berbagi pengalaman dan berdiskusi. “Sudah Nduk, pulanglah sudah siang. Kakek akan melanjutkan mencabuti tanaman lombok yang sudah mati ini”, si kakek berbicara tanpa bermaksud mengusir. “Baik kakek, monggo ... saya duluan”.
Aku kembali pulang, sebelum sampai di rumah aku berdiskusi dengan teman lama melalui telepon. Kami berbincang pengalaman dan perjalanan “tidak masuk akal”...hehehe. ada banyak pelajaran yang kami peroleh. Telepon kututup karena lowbat. Aku berjanji akan menelpon balik sesudah bateray penuh.
Kali ini aku tidak akan menulis alur, aku akan mencoba menuliskan beberapa kalimat yang menjadi pelajaranku pada malam ketiga:
- Kesabaran dan keikhlasan adalah pemenang sejati.
- Kebahagiaan kita adalah obat bagi diri sendiri dan akan tersambung kepada orang lain.
- Senyuman dan menjadi pendengar yang baik mampu mendinginkan.
- Bersyukur adalah kunci kebahagiaan

Amin ...

Malam Kedua



Perang hari ini sebenarnya cukup berat. Baru kali ini aku mengalami kerugian yang tak ternilai, “tidak makan sahur”. Ketika bangun sudah terdengar adzan Subuh. “Astaghfirullahal Adzhiim”, segera aku diskusi dengan tubuhku agar hari ini ia kuat dan sehat.
Setelah sholat Subuh aku berjuang untuk tidak tidur dan tidak malas-malasan. Aku keluar untuk merasakan energi alam semesta. Luar biasa!!! Aku tak dapat gambarkan melalui kata, karena itu tak cukup mewakili keindahan pagi ini. Aku bercanda dengan penduduk di taman Saraswati. Sungguh luar biasa, langit begitu cantik, batang pohon trembesi sangat indah bagai lukisan alam kulihat dari cermin air.
Ujian kesabaran dan keikhlasan dimulai. Semua tugas sudah menumpuk dan harus diselesaikan dengan baik. baiklah, aku akan selesaikan. Konsentrasi kufokuskan pada tugas agar segera selesai. Sangat indah, karena beberapa teman juga bersaing kesibukan. Kami mengerjakan dengan lelucon konyol dan cerita yang membuat kami ngakak. Terima kasih, antioksidan tertawa ini mujarab.
Jum’at pertama dalam Ramadhan. Kami menyelesaikan tugas dengan baik. dengan segala keunikan cara kami dalam menyelesaikannya, sepertinya kami memenuhi syarat untuk dibawa ke RS Menur. Hahahaha ...
Perjalanan panjang akan kumulai dari angkot menuju rumah syurgaku. Setiap kali naik kendaraan umum sebenarnya aku lebih banyak menyiapkan diri untuk berbagi dengan ketidaknyamanan dan bahaya. Menenankan diri dengan memakai masker, menghindari asap rokok, dan kupejamkan mata merasakan perjalanan.
Biasanya aku sampai tertidur, tapi kali ini tidak. Aku terjaga dan tak tertidur sekejap pun. Hari ini memang tidak semua orang puasa, kulihat warung-warung masih normal. Para pembeli juga masih nyantae menyantap makanan. Para lelaki masih bebas menebarkan asap rokok mereka tanpa ragu.
Aku mengamati perjalanan hari ini tanpa si Kirei kamera Canonku. Aku sengaja tidak membawanya, karena aku hanya  ingin menikmati pelajaran dalam perjalanan kali ini. Diantara kepadatan kendaraan, aku masih melihat pengendara motor yang tidak memakai helm. Mereka sangat berani bernegosiasi dengan kecelakaan.
Sebagai orang yang sudah mengalami kecelakaan hingga 2 kali, aku sangat tahu arti penting helm. 2 kecelakaan aku alami tanpa helm. Tulang pipiku retak, hingga membuat pipiku tak simetris lagi. Kecelakaan terakhir 3 hari lalu aku berteman helm. Itu sangat membantu. Benturan di kepala yang membuatku pusing 2 hari, itu pelajaran yang sangat berharga.
Oke, aku lanjutkan perjalanan berikutnya. Aku harus ambil angkot lain untuk melanjutkan perjalanan menuju desa. Di perempatan aku melihat anak-anak bebas berkeliaran bermain. Padahal saat itu kendaraan juga tak ada sepinya. Seorang gadis kecil menyapa seorang Bapak, “Pak, punya korek?”... aku kaget mendengar pertanyaan gadis kecil itu.
Si Bapak hanya melihat gadis itu dan berlalu tanpa peduli. Ada dua bocah laki-laki yang berusaha memasang ban untuk ayunan di sebuah pohon. Si gadis ditemani seorang gadis kecil lagi berlarian sambil teriak kepada siapa saja yang ditemui, “Punya korek api?”. Aku berpikir, “Jangan-jangan menyalakan petasan”?
Tak lama kemudian, dua gadis itu membawa putung rokok. Ia berteriak memanggil teman lelakinya, “Hei, iki rokok ... bisa dipakai”. Si anak lelaki memanggil teman lain. Tepat seperti dugaanku, mereka mencari tempat untuk menyulut ... dan .... dor dor dor!!!!. Mereka tertawa terbahak, kemudian berlalu dengan santainya. Dalam sekejap, mereka kembali berhamburan di jalanan. Oooohhh .... negeri apa ini? Mengapa aku bisa tinggal di sini???
Perjalanan berlanjut, akhirnya angkot memasuki terminal. Saatnya berganti bus mini untuk rute terakhir. Aku melihat bus itu sudah penuh sesak, namun aku tetap harus masuk. Jika aku tidak naik bus ini, maka aku akan semakin malam. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 17.15 WIB. Baiklah, ujian kesabaran berikutnya akan dimulai.
Hmm, beberapa lelaki sudah berjajar dengan tangan menggelantung di besi tengah sebagai pegangan. Dengan sangat terpaksa aku harus berada diantara mereka, ini yang paling tidak kusuka. Tapi aku akan semakin tersiksa jika mengeluh. Aku segera memakai maskerku, meletakkan tasku di depan dada, menenangkan diri, dan tetap siaga.
Suara lelaki di belakangku menawarkan tempat duduk kosong, namun ada suara perempuan yang berkata: “Ini ada penumpangnya, dia seorang ibu sudah menunggu di pintu keluar”. Aku tidak perlu masuk dalam perbincangan mereka, pikirku. Aku hanya diam dan melafalkan segala yang kubisa untuk tetap tenang.
Bus semakin penuh sesak, dalam hati aku ingin mengingatkan sang Kondektur kalau tanggung jawabnya besar. “Membawa dan menjaga jiwa para penumpang”. Namun, para penumpang yang ingin segera pulang sepertiku juga kurang peduli dengan kondisi ini. Aku rasakan mulutku semakin terkatup. Akhirnya aku memilih menutup mataku dan bermeditasi dalam keadaan berdiri.
Setelah 20 menit perjalanan, pak Kennet meminta uang kepada para penumpang. aku bersiap membuka mata dan menunggu giliran. Seorang pemuda yang sedari tadi duduk di samping aku berdiri menawarkan tempat duduk, “Mbak, silahkan duduk di sini”. Aku hanya memberi kode tidak dengan tenganku dan menunjuk ibu-ibu yang berdiri di depanku.
Hmm, tapi pemuda ini tidak mengerti atau kurang peka, aku tak mau tahu. Adzan maghrid terdengar sayup, aku berkata dalam hati; “Selamat berbuka puasa bagi semua saudaraku yang menjalankan ibadah puasa hari ini. Semoga puasa penuh berkah dan menjadi pelajaran indah. Amiin”.
Setelah membayar, aku kembali menutup mata dan melanjutkan meditasi. Segala percakapan para penumpang, komentar dan canda tawa mereka kudengar dan kuabaikan. Aku hanya ingin menikmati perjalanan ini dengan caraku. Separo perjalanan sudah kurasakan, aku tetap diam dan menikmatinya.
Adzan Isya’ terdengar, hmm ... perutku juga sudah mulai bicara. Tidak jadi masalah, aku kembali berdiskusi dengan perutku. Semoga maag tidak sudi mengahampiriku. Alhamdulillah, akhirnya aku mendpatkan tempat duduk setelah satu jam setengah berdiri diantara para penumpang.
Saat rute memasuki hutan “Australia”, aku menyebutnya begitu ... hehehe ... kami dikejutkan dengan benda putih yang berceceran di tengah jalan. “Apakah itu manusia?”, tanya Kondektur. “Kennet, turun dan periksalah”, Kondektur meminta. “Waduh, bagaimana kalau itu manusia?”. Dengan sedikit ragu pak Kennet turun dan memberi inifo, “Ini adalah tanah dolomit, ayo kita lanjutkan perjalanan”.
Akhirnya kami semua lega. Hmm, aku sudah tidak memejamkan mata lagi. Karena perjalananku tinggal sebentar. Alhamdulillah, tepat pukul 19.15 WIB aku turun dari bus. Jalanan sepi, setiap mushollah sudah terdengar suara jama’ah tarawih. Allah SWT, terima kasih atas plajaran hari ini. Sungguh luar biasa.

Rabu, 18 Juli 2012

REFLEKSI DIRI


REFLEKSI DAN LANGKAH PERUBAHAN
Awal Ramadhan 1433 H

Berdiri di depan sebuah cermin kehidupan, melihat diri yang tersungkur ... terlalu berat timbangan keburukan ini. Air mata sudah kering untuk menangisi diri sendiri. Karena teramat banyak kesalahan dan kesalahan yang terulang setiap jamnya, bahkan setiap detiknya.
Waktu ini tak dapat diulang, menyesal hanya sebuah langkah mundur. Memohon kekuatan untuk sebuah perubahan, menjadi diri yang lebih baik, dan kukuh dalam melaluinya, sebuah langkah awal yang perlu dijalani.
Jika saja Allah SWT membuka tabir keburukan diri sedetik saja, maka tak akan mampu aku melihat diriku sendiri dengan rupa manusia. Pikiranku, perkataanku, perbuatanku, dan hatiku menjadi wujud yang sangat menakutkan.
Kesombongan yang bertahta dan menguasai diri, merasa benar, merasa pintar, merasa baik, dan merasa berguna adalah kosong.
Menyalahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri, dalam diam atau dalam ucapan.
Melakukan kesalahan meski sudah mengetahui bahwa itu adalah kesalahan.
Yaaa Rabb ...
Hamba tak mampu melakukan segala sesuatu tanpa bimbinganMu
Hamba tak mampu mencegah sesuatu tanpa kekuatan dariMu
Hati ini adalah sumber niat dan penuntun pikiran ...
Jika ia sudah terlalu keruh ...
Mohon ... sucikanlah dengan air suciMu ...
Jika ia sudah terlalu keras ...
Lunakkanlah dengan Rahman dan RahimMu
Jika ia sudah terlalu busuk ...
Mohon gantikanlah dengan hati yang baru,
Yang telah Engkau semai di dalamnya kebaikan dan ketundukan hanya kepadaMu
Dengan bimbingMu ya Rabb ...
Hamba yakin cermin itu akan menunjukkan rupa yang menenangkan, mendamaikan, dan membahagiakan.
Pelajaran dariMu bukan hanya untuk duniaku
Selalu ada tema baru untuk dijalani dan diterjemahkan dalam kamus kehidupanku
Ramadhankan diri ini dalam kesucian dan keberkahan RamadhanMu
Menjadi titik balik yang mengubur masa lalu dengan segala keburukannya, melahirkan masa depan dengan keberkahannya.
Mohon ampun kepadamu ....
Mohon maaf Lahir Bathin kepada seluruh saudara muslim dan handai taulan ...
Semoga do’a, harapan, dan keridloan tercurah dalam langkah hidup kita selanjutnya ...
Astaghfirullahal Adhim ... Alhamdulillahirabbil Alamin ...
Amin Ya Rabbal Alamin ....


Jumat, 29 Juni 2012

Memilih

Sekolah Seperti Apa Ya???
Sekolah seperti apa yang bisa kita pilih untuk anak-anak dengan masa depan cerah?
- Sekolah yang ramah
- Sekolah yang tidak membebani
- Sekolah yang membimbing dengan hati
- Sekolah yang memperlakukan anak dengan jiwa anaknya
- Sekolahnya manusia ...
Ada banyak pertanyaan yang kadang tak mudah dijawab melalui proses yang sebentar

Proses kesabaran dalam mendampingi anak bagai mata kuliah yang tak terbatas sks nya.
Kesabaran dalam mendampingi inilah yang menjadi ujian bagi para orangtua dan pendidik
Mari membuka mata dan hati, melahirkan empati seorang anak.
Agar kita mampu menyelami keinginan, rasa, dan apa yang dipikirkan.
Sebagai seorang anak, dan bukan sebagai anak yang berjuang keras untuk mewujudkan keinginan
orang tuanya.

Selasa, 08 Mei 2012

Cinta Oh... Cinta

Aku dikejutkan suara lembut seorang gadis di luar kamarku siang ini. "Miss ... aku pengen ngobrol dengan Miss", dia merajuk setelah kubukakan pintu kamar. "Eh, ternyata kamu Brin. Ngobrol tentang apa? Di sini saja, lebih nyaman kan?, aku menanggapi permintaannya. Ya, dia Si Ibrin, anak kelas 7 alias kelas I SPM, datang mencariku untuk sekedar curhat.
"Tidak, aku mau ngobrol di luar", desaknya. Aku berpikir, biasanya anak SMP yang ingin mengobrol denganku mencari tempat yang nyaman dan kalau bisa hanya kami berdua. Tapi ... kali ini berbeda, aku mencoba mencari tau. "Emangnya, mau ngobrol tentang apa sih?, aku bergaya malas dan menyandarkan tubuhku di bantal yang kutata rapi. "Miss, aku mau menarik perhatian seseorang, makanya  aku ingin ngobrol di luar bersama Miss", Si Ibrin menjelaskan. "Oh, masalah pacar nih. Emang dia ada? Bukankah ini libur?, sepertinya aku sudah banyak bertanya.
"Ayolah Miss, please ... ", dia menyeret tanganku dan berhasil membuatku mengikuti maunya. Aku harus mau, karena aku juga ingin tau apa yang dirasakannya.
Kami bergegas keluar kamar, aku melihat ada perkumpulan anak yang sedang melingkar di masjid. "Hmm, anak kelas 9 ya? Siapa dia?", aku menanyakannya tanpa basa basi.
"Miss, pokoknya dia ada", Ibrin menjawab sambil senyum-senyum. Wajahnya terlihat gembira luar biasa. Dia menggandeng tanganku dan mengajakku duduk bersamanya. Dia mulai berceloteh, mengungkapkan semua isi hatinya. Aku memutuskan untuk menjadi pendengar yang baik saja.
Ibrin     : "Dia gendut, tapi baik hatinya. Jangan dilihat dari wajahnya, tapi lihat kebaikannya. Dan hari ini, ternyata warna baju yang kami pakai sama. Itu namanya jodoh, aku bener-bener gak nyangka. Aku setiap hari ke sekolah lho Miss, meski liburan.
Aku     : "Ehm, memang kamu gak ada teman di rumah?"
Ibrin    : "Aku males ngajak temen ke rumah saat ini. Miss, dia itu baik banget, dia nembak aku dan kita jadian deh!"
Aku penasaran dengan wajahnya yang berseri-seri, aku berpikir mungkin mereka baru sehari atau dua hari jadian, atau maksimal satu minggu lah.
Aku     : "Sudah berapa lama jadian?"
Ibrin    : "2 bulan. Dulu sudah, kemudian putus dan sekarang nyambung lagi. Dia bilang aku cantik dan baik"
Aku hanya tersenyum ... Belum sempat aku berbicara, dia sudah kembali berceloteh.
Ibrin    : "Aku tahu, aku tidak boleh terlalu senang. Nanti malah sakit hati, harus berhati-hati dan pandai jaga diri"
Sekali lagi aku hanya tersenyum ...
Aku    : "Aku punya sebuah kalimat: Cowok cobaannya ada di mata mereka, kalau cewek ada di telinga mereka. Makanya, tidak aneh kalau cowok suka sama kamu. Kamu cantik banget sih, hmm ... tapi harus pandai memilah kalimat pujian dari cowok"
Ibrin   : " Ya Miss, kalau dia berkata yang manis-manis aku hanya bilang gombal"
Aku    : "Kalian sudah pegangan tangan ya?"
Ibrin   : "Tidak, aku tidak mau ... maksimal kami hanya boleh foto bareng dan tidak deket". Emang ada sih temen yang berani cupika-cupiki. Tapi aku tidak kok, itu tidak baik.
Aku    : "Hmm, ada yang berani gitu? Baiklah, kamu pernah keluar  bersama?
Ibrin   : "Tidak Miss, kami hanya bertemu di sekolah, itu cukup"
Aku    : "Mama sudah tau?"
Ibrin   : "Belum, aku pasti dimarahin mama. Kata mama, aku tidak boleh pacaran dulu"
Aku    : "Kalau ada kesempatan curhat sama mama, itu sangat membantu lho"
Ibrin   : "Tidak Miss, setidaknya bukan untuk saat ini"
Aku    : "Okelah ... semoga kamu bener-bener bisa menjaga  diri. Aku berdo'a untukmu".
Ibrin   : "Makasih Miss. Mama telpon, aku harus pulang. Bye ..."
Kemudian ia menerima telpon dan melambaikan tangannya padaku.
Pelajaran yang luar biasa untukku hari ini. Aku mencoba mengingat masa cinta monyet yang pernah kulalui. Sangat berbeda, aku gadis desa dengan segala kesederhanaan, dan Ibrin gadis kota dengan segala kemodernan dan kecanggihan teknologi.
Semoga anak-anak ini mampu melalui kehidupan yang baik untuk masa depan mereka yang cerah.
Cinta Oh ... Cinta ... Aku tak bisa berkomentar lagi. Cinta ... Terima kasih atas pelajaran hari ini.

Sabtu, 07 April 2012

Okay, I love you again

This is a short story in a special morning.
When I stand up in front of lobby, waiting for my students arrived at school.
I am shaking their hand, say good morning, your smile is amazing, what is your breakfast menu today, etc.
I give them my good spirit, and ... they giving me back their best spirits.
That's why I love to wait for them in front of lobby and just say hello to them.
This morning, Ataya (first grade) looks so tired.
I try to have a little chitchat with him.
Me          : "Hi Ataya, good morning?"
Ataya      : "Hello, morning ..."
Me          : "How are you?"
Ataya      : "I am fine"
Me          : "Hmm, but I didn't see your smile today"
Ataya      : "Hmmm ..." (trying to go ...)
Me          : "Hei, wait ... you didn't shake my hand yet?"
Ataya      : "No ... "
Me          : "Why ... ?"
Ataya      : "I don't love you"
Me          : "But I love you"
Ataya      : "I don't love you anymore"
Me          : " I am still loving you"
Ataya      : "I don't love you ... (he didn't look at me) ... so sad :(
Me          : "I hold his face and I say, I love you more"
Ataya      : "Okay, I love you again"
I smile and hugs him ... And he ask me to come to his class.
I tell him, "No, I love you but you have to go to your class alone"
He tries to hold my hand ... And I tell him again, "Okay, I love you"
He smiles and says, "see you ..."
Ohhhh ... so cute ... children always giving their best spirits.
Me and Ataya


Senin, 19 Maret 2012

Aku Pernah

Hmmm, sex education for children??? Yeah ... Materi ini selalu memiliki dua mata pedang. Ketika orangtua mendengar bahwa anaknya sudah mengakses berita tentang "Porno", siapa yang gak bakal kalang kabut? Tentu bisa sangat dimaklumi. Ada hal-hal menarik yang kualami selama menjadi guru dan belajar untuk memahami sisi "pornografi" menurut anak.
Berawal dari pertanyaan, "Mengapa anak harus diajak diskusi tentang "hal tabu" menurut orang dewasa?".
Saat ini kita sebut era globalisasi, jadi segala akses informasi tidak sekedar bisa dilihat dan dibaca. Malah, sebuah informasi memang memang sengaja disuguhkan untuk bisa membantu mencari data yang dibutuhkan. Nah, karena internet merupakan media yang bisa memenuhi hampir semua akses informasi, maka pendampingan dan "diskusi cerdas" yang perlu dilakukan agar anak tidak semakin penasaran, tetapi bagaimana anak mendapatkan informasi yang benar tentang apa yang dilihatnya.
Dengan gaya bahasa yang santai dan terkesan berbagi, maka anak akan merasa "tidak bermasalah" dengan hal tersebut. Sekali lagi, tantangannya adalah mencari kalimat yang tepat untuk bediskusi.
Aku sendiri harus menyediakan ruang dan waktu untuk menyusun kalimat pertama saat memulai diskusi di area ini. Aku lihat sekeliling, mengamati reaksi anak-anak ketika kalimat pembuka aku ucapkan. Jika reaksi datar dan aman, nah ... aku baru akan lanjutkan dengan kalimat-kalimat berikutnya.
Pandangan anak dan pandanganku tentang pornografi ternyata jauh berbeda, ternyata ketika anak melihat Spong Bob dan mengetahui istilah "Bikini Bottom", reaksi mereka "Hiii, itukan jelek". Ungkapan tersebut merupakan ekspresi anak yang perlu digali lagi maksudnya.
Ketika mereka melihat perempuan memakai rok mini, reaksi mereka juga macam-macam. Nah, sepertinya sebagai guru aku harus bisa memecah pemikiranku untuk tetap mampu mengakomodir pendapat dan pandangan mereka tentang sesuatu.
Hari ini, sungguh tidak disangka. Ketika aku mencoba bercerita tentang alam semesta yang mampu berbicara, kemudian aku berkata: "Pakaian kita juga bisa berbicara lho" ... reaksi anak-anak beraneka ramagam. Seeep, pancingan saya berhasil.
Masuklah kami pada diskusi pakaian yang sopan dan efeknya terhadap tubuh kita. Tidak berhenti sampai di situ. Kemudian aku melanjutkan, "Nah, karena kita sudah kelas IV dan banyak tugas mencari data informasi melalui internet, Ustadzah yakin kita pernah nyasar. Seperti ... (ku sebutkan beberapa contoh). Reaksi mereka keren, mereka jujur sekali. Mulailah satu persatu berbicara, "Aku pernah Ust ... Aku Pernah ..."
Nah, langsung saja kuajukan pertanyaan yang lebih fokus.
- Siapa yang pernah melihat hal yang bukan untuk usia kita melalui buku?
- Siapa yang melihat melalui internet?
- Siapa yang melihat melalui film?
- Siapa yang melihat dengan pendampingan mama dan papa?
Nah, luar biasa ... anak-anak antusias bercerita. Ada yang merasa film kartun ini "jorok", film ini gak bagus, dan lain sebagainya.
Baiklah, "Apakah mama dan papa tahu kalau kamu sudah melihat yang kamu ceritakan? Hmmm, atau kalian sudah menceritakannya kepada mama papa?"
Jawaban mereka yang lugu ..
- Mama dan Pama sudah tau kok Ust
- Kadang-kadang ...
- Tidak tau ...
Aku suka hari ini, pelajaran paling berharga adalah "Bagaimana aku mampu memasuki dunia anak-anak dengan menggugurkan pengetahuan "dewasa" ku dan bagaimana aku mampu menjadi tempat yang nyaman bagi mereka untuk berdiskusi.
Selamat bagi orang tua hebat yang selalu mampu menjadi curahan hati anak-anaknya.

Sabtu, 10 Maret 2012

Old but new

Pontang panting, jumpalitan, meledak-ledak, hingga kosong pikiranku. Sungguh luar biasa ilmu Allah SWT yang diberikan kali ini. Segala sudut kehidupan, setiap langkah, dan pandangan menjadi mater-materi yang masih belum terjawab secara tuntas. Ya! Itulah hidup, semakin aku belajar menjalani semakin banyak pelajaran yang tiada ujung. Terutama jika aku menginginkan perjalanan yang lebih tinggi lagi tantangannya.
Lingkungan, teman, aktivitas yang kujalani adalah sesuatu yang kukenal sejak lama, aku akan memakai istilah semua itu adalah bahan "lama". Namun beberapa minggu ini, bahan "lama" itu semua memperbaharui diri. Ilmu ini tak pernah habis, aku yang merasa memahami ternyata BELUM, aku yang merasa mengerti ternyata BELUM, aku yang merasa kenal ternyata BELUM, aku yang merasa pintar ternyata BELUM, aku yang merasa sudah menjalani ternyata BELUM, dan banyak lagi kata BELUM yang bisa kulakukan dalam setiap sisi kehidupanku.
Yang abadi adalah PERUBAHAN, ya ... aku mengerti itu. Dan untuk memahami itu dalam kehidupan, aku harus belajar lagi. Kupikir kalimat menjalani itu CUKUP bagiku untuk MERASA sudah selangkah lebih maju untuk menjalani hidup, ternyata kata BELAJAR memang tetap harus aku gunakan.
Maka, dalam RASA mengerti ini aku HARUS segera mengadakan PERUBAHAN juga. Setiap langkah hidup adalah pilihan. Ketika membuka mata di pagi hari, kita sudah dihadapkan pilihan menjalani hari dengan biasa dan tak bermakana, atau menjalani hari dengan istimewa, memaknai diri, orang lain, dan lingkungan kita.
Allah SWT!!!!! Aku dengan sangat kuat memohon untuk segala kekuatan agar Engkau selalu mendampingiku dalam keBAIKan dan keBENARan. Karena standar HAQ dan BATHIL yang paling AKURAT adalah AL-QUR'AN dan SUNNAH RasulMu. Maka rangkullah aku untuk selalu mengkaji dan menjalankannya dalam kehidupan duniaku untuk bertemu denganMU dalam CINTA dan KEMULIAAN.
Hapus semua keRAGUan ini, hapus segala rencana burukku, hapus segala kesombonganku, hapus segala kebodohanku, dan jika Engkau berkenan untuk mengganti HATIku dengan yang baru yang BERSIH dan SUCI, hamba sangat bersedia. Sadarkanlah hamba, bahwa Malaikat PenjagaMu selalu ADA di sisi kanan dan kiriku.
Terima kasih dan Maaf.