Menu Tab

  • BERANDA
  • PUISI
  • MOTIVASI
  • INDOOR
  • OUTDOOR

Rabu, 09 November 2011

Kesempatan Kesekian Kali

Aku tau, aku selalu mencari alasan untuk tidak menyukai bus kota; asap rokok, tatapan tajam, sikap kasar, pengamen, penjual koran, permen, air mineral, dll. Hmmm, kalau lagi egois ya ... aku harus rela merogoh saku ku lebih dalam untuk naik taxi. Aku tahu, aku tidak boleh selalu begitu, karena aku tahu resikonya.
Siang ini, dalam perjalanan pertama aku sudah merasakan bus patas yang kunaiki remnya kurang stabil. Beberapa kali ngerem mendadak dan setiap tarikan mesinnya terasa kasar. Alhamdulillah aku menikmatinya dengan tidur dan tidak mau berpikir negatif. Karena yang kualami semenjak hari raya Idul Adha adalah keberkahan yang tak terhingga.
Berada di rumah dan berkumpul dengan keluarga besar adalah berkah, membantu menjadi panitia Idul Qurban di rumah adalah berkah, mampu bersilaturahmi adalah berkah. Aku tidak mau fokus keberkahan itu luntur karena kondisi bus patas yang kutumpangi ini tidak stabil. Makanya aku memilih tidur dan berbicara dengan nurani.
Terima kasih kepada keluarga istimewa yang penuh cinta ... menyambut kedatanganku dengan ramah, rasa rindu, dan peluk hangat. Aku ... tidak cukup kata untuk mengucapkan ini semua:
Ibu ... anda bukan ibuku, tapi anda mencintaiku dengan tulus, berbagi kesedihan, kegundahan, dan kebahagiaan dengan lepas tanpa was-was
Ayah ... anda bukan ayahku, tapi anda selalu menghitung berapa lama aku tidak berkunjung, memintaku lebih lama tinggal untuk mengganti hari-hari masa sibukku, dan mengantarku naik bus antar kota dan mengiringi perjalananku dengan do'a
Kakak dan Mbak ... kalian bukan saudara, tapi kalian selalu menyediakan ruang dan waktu untuk bercanda dan berbagi rasa
Jiwa-jiwa kecil, para malaikat penghuni rumah damai, kalian adalah jiwa-jiwa yang menarikku untuk selalu ingin kembali. Menarik perhatianku dengan tangis, tawa, dan kenakalan masa kanak-kanak ...
aku mencintai kalian, sejak awal aku bilang kalian adalah keluargaku ... yang dipertemukan Allah SWT dengan segala keajaiban dan ketidakmungkinan. Aku hanya punya cinta, yang kubagikan tanpa mengenal warna. Aku sebut kalian dalam do'a setara dengan Abah, Emak, dan keluarga sedarah. Terima kasih
Kembali ke perjalananku siang ini. Sesampainya di terminal bus, aku segera memasuki bus kota yang siap berangkat. Hampir semua kursi telah terisi. Aku berharap bertemu dengan kawan yang kukenal, hmmm ... aku belum menemukannya. Aku mencari kursi kosong, aku mencari kursi yang berjajar dengan perempuan. Yeah, aku menemukannya hanya satu yang tersisa dengan seorang mahasiswi. Sempurna! Aku mengeluarkan si gamsa, HP semata wayangku ... ujung mataku bergerak menatap lurus ke depan ... dan ... harapanku terkabul, aku melihat seorang kawan yang kukenal. Dia teman satu mess, aku mengucap syukur dalam hati dan menulis sms untuknya. Dia tetap fokus menata tempat duduk ekstra yang tersisa.
Baiklah, sebaiknya aku nikmati saja bus kota ini, kami pasti bertemu di terminal berikutnya. Aku menutup hidungku dengan tissu, asap rokok, nyanyian, tawaran, dan percakapan yang kadang tak kumengerti mulai beraksi. Aku belajar menikmati ... dalam diam dan diskusi dengan diri.
Bus berangkat, aku masih belum bisa mengalihkan perhatian temanku yang duduk di bangku ekstra dekat pak Sopir. Perjalanan lancar, hingga pada akhirnya. Bus memasuki kawasan padat kendaraan, karena itu terdapat perempatan dan belokan yang kurang "pas" untuk menyeberang. Dan kayu pembatas siap menghalangi kendaraan yang mau melintas ketika ada suara kereta api datang.
Karena jam pulang kerja kantoran, aku tidak heran dengan kepadatan ini... tiba-tiba suara bus yang kunaiki ini seperti menabrak kendaraan lain di depannya. Suara bel kereta api dan kayu pembatas siap bertugas. Bus kota ini tepat di atas rel, pikiranku terhenti hatiku mencari kalimat yang tepat untuk diucapkan. Pikiran nakalku sudah bermain di dunia yang tak kukenal. Ia berkata, mungkin besok pagi akan ada berita headline metropolis ttg kecelakaan jalan raya, . Segera kuhentikan imajinasi gila ini, aku berkata pada diri sendiri, sudahkan kamu pasrah dan rela? Jika hari ini yang terjadi adalah "celaka" ... aku hanya tunduk dan kerahkan kembali jiwa dan raga ini kepada pemilikNYA.
Pada detik terakhir, pak sopir memilih maju dan menabrak beberapa kendaraan di depannya ... Alhamdulillah, kami selamat meski Pak Sopir harus berurusan dengan sopir dan pemilik kendaraan
Syukur terdalam dan kepasrahan diri membuatku tenang dan lebih bahagia.
Terima kasih Allah SWT untuk kesekian kali kembali Engkau beri kesempatan kepada hamba untuk menjalankan kewajiban sebagai Kholifah di bumi.
(semoga yang sedikit ini mampu memberi arti)
Amin  yaa Rabb ...