Menu Tab

  • BERANDA
  • PUISI
  • MOTIVASI
  • INDOOR
  • OUTDOOR

Senin, 19 Maret 2012

Aku Pernah

Hmmm, sex education for children??? Yeah ... Materi ini selalu memiliki dua mata pedang. Ketika orangtua mendengar bahwa anaknya sudah mengakses berita tentang "Porno", siapa yang gak bakal kalang kabut? Tentu bisa sangat dimaklumi. Ada hal-hal menarik yang kualami selama menjadi guru dan belajar untuk memahami sisi "pornografi" menurut anak.
Berawal dari pertanyaan, "Mengapa anak harus diajak diskusi tentang "hal tabu" menurut orang dewasa?".
Saat ini kita sebut era globalisasi, jadi segala akses informasi tidak sekedar bisa dilihat dan dibaca. Malah, sebuah informasi memang memang sengaja disuguhkan untuk bisa membantu mencari data yang dibutuhkan. Nah, karena internet merupakan media yang bisa memenuhi hampir semua akses informasi, maka pendampingan dan "diskusi cerdas" yang perlu dilakukan agar anak tidak semakin penasaran, tetapi bagaimana anak mendapatkan informasi yang benar tentang apa yang dilihatnya.
Dengan gaya bahasa yang santai dan terkesan berbagi, maka anak akan merasa "tidak bermasalah" dengan hal tersebut. Sekali lagi, tantangannya adalah mencari kalimat yang tepat untuk bediskusi.
Aku sendiri harus menyediakan ruang dan waktu untuk menyusun kalimat pertama saat memulai diskusi di area ini. Aku lihat sekeliling, mengamati reaksi anak-anak ketika kalimat pembuka aku ucapkan. Jika reaksi datar dan aman, nah ... aku baru akan lanjutkan dengan kalimat-kalimat berikutnya.
Pandangan anak dan pandanganku tentang pornografi ternyata jauh berbeda, ternyata ketika anak melihat Spong Bob dan mengetahui istilah "Bikini Bottom", reaksi mereka "Hiii, itukan jelek". Ungkapan tersebut merupakan ekspresi anak yang perlu digali lagi maksudnya.
Ketika mereka melihat perempuan memakai rok mini, reaksi mereka juga macam-macam. Nah, sepertinya sebagai guru aku harus bisa memecah pemikiranku untuk tetap mampu mengakomodir pendapat dan pandangan mereka tentang sesuatu.
Hari ini, sungguh tidak disangka. Ketika aku mencoba bercerita tentang alam semesta yang mampu berbicara, kemudian aku berkata: "Pakaian kita juga bisa berbicara lho" ... reaksi anak-anak beraneka ramagam. Seeep, pancingan saya berhasil.
Masuklah kami pada diskusi pakaian yang sopan dan efeknya terhadap tubuh kita. Tidak berhenti sampai di situ. Kemudian aku melanjutkan, "Nah, karena kita sudah kelas IV dan banyak tugas mencari data informasi melalui internet, Ustadzah yakin kita pernah nyasar. Seperti ... (ku sebutkan beberapa contoh). Reaksi mereka keren, mereka jujur sekali. Mulailah satu persatu berbicara, "Aku pernah Ust ... Aku Pernah ..."
Nah, langsung saja kuajukan pertanyaan yang lebih fokus.
- Siapa yang pernah melihat hal yang bukan untuk usia kita melalui buku?
- Siapa yang melihat melalui internet?
- Siapa yang melihat melalui film?
- Siapa yang melihat dengan pendampingan mama dan papa?
Nah, luar biasa ... anak-anak antusias bercerita. Ada yang merasa film kartun ini "jorok", film ini gak bagus, dan lain sebagainya.
Baiklah, "Apakah mama dan papa tahu kalau kamu sudah melihat yang kamu ceritakan? Hmmm, atau kalian sudah menceritakannya kepada mama papa?"
Jawaban mereka yang lugu ..
- Mama dan Pama sudah tau kok Ust
- Kadang-kadang ...
- Tidak tau ...
Aku suka hari ini, pelajaran paling berharga adalah "Bagaimana aku mampu memasuki dunia anak-anak dengan menggugurkan pengetahuan "dewasa" ku dan bagaimana aku mampu menjadi tempat yang nyaman bagi mereka untuk berdiskusi.
Selamat bagi orang tua hebat yang selalu mampu menjadi curahan hati anak-anaknya.

2 komentar:

  1. setuju ust...bahkan pendidikan seks seharusnya lebih dini diberikan, tentunya tetap melihat kesiapan anak dan usia tingkat kematangan berpikir dan juga usia mereka...ada postinganku juga tentang pendidikan seks sejak dini juga...

    BalasHapus
  2. Yap, makasih mbak Ren. Aku juga sudah melirik Blog sampeyan. Cool ... Btw, menurutku masalah pendidikan seks ini masih harus selalu diupayakan "cara pandang" ortu dan guru di sekolah.

    BalasHapus