Menu Tab

  • BERANDA
  • PUISI
  • MOTIVASI
  • INDOOR
  • OUTDOOR

Jumat, 24 Februari 2012

Aku Mewakili Teman Minta Maaf Ust

Jam ketiga selalu menjadi tantangan tersendiri. Sisa semangat kami selalu mencari sesuatu yang "Pas" menurut kami masing-masing. Sebelum berdo'a pada sesi terakhir pelajaran pukul 13:00 - 14:15, aku sudah menyaksikan anak-anak bermain tarik tambang di kelas. Hmm ... asyik juga mereka, seutas tali pramuka milik Afik telah menjadi alat permainan yang luar biasa.
Sesuai dengan janji kami, kami akan kembali menjadi kelas laki-laki dan kelas perempuan. Karena anak laki-laki kangen kelas vokal. Sayang sekali, guru vokal kami tidak bisa hadir karena sakit. Aku menyiapkan musik karaoke dengan lagu "Sahabat Sejati" dari Sheila On Seven. Aku membagi kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok TAK, TIK, dan kelompok BOOM.
Saat menyiapkan musik dan syair, Apta, Adit, dan lainnya sudah mulai ingin membantu secara berlebihan. Akhirnya, aku meminta mereka untuk duduk tenang. Kemudian aku mencoba mengulas makna lagu bersama mereka. Meraka sudah mengemukakan pendapat tentang lagu.
Kami mendengarkan musik dan mempelajari kapan syair akan dilagukan. Setelah dua kali latihan, aku meminta kelompok TAK untuk perform, kemudian TIK, dan Boom. Penampilan pertama point tertinggi diraih kelompok TIK, mereka kompak dan semangat.
Pada purtaran kedua, kondisi kelas berubah 125 derajat. Mereka bergaya menjadi kelompok vokalis band dan mulai menggunakan kertas untuk dilemparkan. Kelas sudah tidak kondusif, aku sudah mengingatkan mereka dan membuat kesepakatan. Akirnya aku harus menggunakan jurus "Shock Therapy". Dengan tegas aku meminta mereka keluar kelas dan aku tidak menghiraukan apa yang mereka lakukan.
Aku memutar Asmaul Husnah dari laptop dan kudengarkan dengan baik. Aca masuk dan meminta aku bermain dengan anak perempuan. Aku tidak bisa, ini masih akting (aku berkata dalam hati). Akhirnya aku keluar kelas untuk menjelaskan kepada anak-anak perempuan.
Dega, Zufar, Farhan masuk dan datang padaku. "Us, aku mewakili teman-teman minta maaf". Serasa angin segar memasuki dadaku. Aku menemukan jiwa ini, jiwa yang luar biasa, empati, berani bertanggung jawab, dan jantan. Ingin rasanya aku memeluk mereka, tapi aktingku belum selesai.
Aku tetap memasang Poker Face, aku meminta keseriusan mereka dengan membersihkan kelas dan menata meja kursi, selanjutkan kami akan diskusi.
Luar biasa, TERWUJUD!!! Mereka melakukannya dengan sempurna. Akhirnya kami berdiskusi dan saling memahami. (sayang, aku tidak bisa menuliskan alur diskusi kami). Unik dan bermakna, hanya bisa dirasa.
Semoga pelajaran ini menyentuh kita semua. Amin ... I love you My beloved Students. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar