Menapak Jalan di Singapura dan Silaturahim Pendidikan
Siapa yang tidak tertarik dengan
perjalanan murah ke luar negeri?
Perjalanan bersama grup ada suka
dan ada tantangannya. Bersama grup bagi yang belum pernah melakukan perjalanan
akan sangat membantu untuk tidak tersesat jalan. Bagi yang sudah terbiasa
melakukan perjalanan, tantangannya adalah harus mampu mengikuti ritme grup dan
belajar menyesuaikan diri.
Perjalanan saya kali ini,
melintas tiga Negara di asia. Singapura, Thailand, dan Malaysia. Kami
berkelompok bersama 22 orang; ada mahasiswa, pengurus organisasi, aktivis, dosen,
dan guru. Kami cukup menyiapkan uang Rp. 2.350.000 untuk tiket pesawat, bus
antar negara, dan penginapan. Dan Rp 350.000 untuk biaya tour. Selebihnya untuk
makan dan transportasi dalam perjalanan tour dipegang masing-masing peserta.
Mengapa demikian? Tentu saja agar peserta mengalami sendiri proses membeli
tiket baik secara langsung maupun bertransaksi dengan mesin. Atau yang
terpenting peserta berhak menentukan menu dan tempat yang mereka inginkan untuk
makan.
Hmm, karena tahun ini diberi
amanah sebagai humas di sebuah sekolah, maka saya menggunakan kesempatan kali
ini untuk bersilaturahmi dengan beberapa pahlawan pendidikan di Negara
tetangga. Entah, berbeda dengan 3 tahun lalu, saya masih bisa menikmati liburan
dengan perasaan berlibur. Namun, setelah menulis beberapa karya saya jadi
kurang nyaman jika hanya menikmati liburan. Syarat liburan saya harus dengan
orientasi pendidikan, entah berbagi pengalaman atau menimba ilmu.
Setelah berdiskusi dengan tour leader, apakah saya bisa melakukan
perjalanan yang berbeda dari kelompok saat jadwal tertentu? Misalnya, ketika
agenda mengunjungi Merlion di Singapura saya tidak ikut, saya memilih mengunjungi
sebuah sekolah untuk bersilaturahmi. Dan jawabannya adalah “tidak masalah”. Akhirnya,
segera saya browsing dan mencari
informasi tentang sekolah yang bisa saya kunjungi.
Tour leader yang kebetulan pernah mendapatkan beasiswa di NUS,
putranya sekolah di madrasah Al-Irsyad Singapura. Dari beliau saya mendapatkan
e-mail kepala sekolah dan browsing membuat saya mendapatkan informasi tentang
aktivitas di sekolah tersebut. Saya juga menemukan e-mail admin melalui browsing.
Surat saya emailkan dengan CC kepala madrasah. Begitu juga ketika saya ingin
belajar dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Dengan cara yang sama saya
mengirim email, tanggapan hangat dalam menjalin silaturahmi menjadi angin
segar.
Perjalanan kami mulai pada
tanggal 22 September dengan penerbangan JET STAR pukul 12.50 WIB. Kami saling
berkenalan dan tidak ada masalah, segera akrab dan berbincang. Changi Airport
pk. 16.10 waktu setempat, kami tiba dan melakukan check passport. Aman sampai
pada orang ke 21, dan orang ke-22 terkena random
check. Beberapa pertanyaan diberikan, kepentingan di Singapura, berapa lama
tinggal, berapa uang yang dibawa, dan kesesuaian foto paspor dengan wajah asli.
Hahaha … Aman …
Oh ya, jangan lupa mengambil peta yang tersedia secara gratis di bandara ya!
Pasti akan sangat membantu kita saat berada di Singapura!
Tujuan pertama kami seharusnya
langsung meluncur ke Marina Bay, niatnya agar esok hari bisa focus di National
University of Singapore. Namun, interogasi yang cukup lama tidak memungkinkan
kami ke Marina Bay. Akhirnya kami langsung menuju stasiun Bugis, tujuan kami
adalah Sleepy Kiwi hostel backpacker yang terletak di Jl. 55 Bushorah Street,
Bugis, Singapura.
Oh ya, di Singapura kita harus
benar-benar memperhatikan jalur MRT. Ada jalur hijau dan jalur merah, kita bisa
lihat urutan jalur ini di peta, papan informasi yang sangat mudah dilihat, dan tentu
saja di dalam MRT itu sendiri. Jika kita keliru ambil jalur, maka kita bisa
bingung dengan jalur MRT dan tidak akan sampai di tempat tujuan tentunya. Tapi
jangan khawatir, turun di stasiun yang sudah terlanjur salah, lihat lagi
informasi jalur baru kembali naik MRT yang benar.
Satu lagi, sebelum kita naik MRT
kita bisa membeli kartu transportasi EZ-Link. Cukup beli dengan harga $12 kartu
memiliki isi $7. Insha Alloh cukup digunakan selama 2 hari berada di Singapura,
mungkin sekitar 10-12 kali pakai. Dan lebih baik kartu ini disimpan dalam
dompet atau tempat yang aman, karena saat masuk lokasi MRT ini pasti digunakan
dengan cepat. Di Singapura semua berjalan cepat, kalau kita lambat ya pastinya
tertinggal. Meski ini kali kedua saya ke Singapura, namun masih harus
mengingatkan diri sendiri. Saya sempat kehilangan grup karena lupa menaruh
kartu Ez-Link dalam tas yang terlalu banyak kantongnya.
Tips:
Jika anda terpisah dari grup,
jangan panik dulu. Buka peta, pastikan anda tahu alamat yang akan dituju,
pelajari dengan seksama. Jika masih bingung, tenangkan diri, baca semua
tanda-tanda di sekitar kita (jalan, rute, dan apa saja yang kira-kira bisa
ditemukan di peta). Jika masih belum memahami, bertanyalah kepada orang di
sekitar anda. Hmmm, tidak susah menemukan orang Indonesia di Singapura.
Hahahaha…..
Okay, hostel
backpacker yang kami
tempati lumayan murah dengan sarapan pagi ala bule, buah-buahan yang teriris
rapi, roti tawar (biasa dan gandum), serta 4 jenis selai yang sesuai selera;
Keju, kacang, coklat, strawberry. Yap, Sleepy Kiwi Hostel backpacker sangat sederhana dan nyaman. Memilih hostel yang dekat dengan area muslim
adalah hal yang menyamankan. Kita mudah mendapatkan makanan halal dan suasana
damai. Menikmati malam di sekitar masjid Sultan sungguh sangat menyenangkan. Toko souvenir, seven
eleven, kedai-kedai makanan tersedia dengan lengkap. Melihat berbagai wajah
yang berbeda, berkomunikasi, dan sekedar saling lempar senyum sebagai tanda
sapa.
Subuh di Singapura pk 5.50 waktu
setempat, masih gelap dengan udara segar. Berjamaah di masjid adalah pilihan
indah, setelah berjamaah kami berdiskusi tentang budaya yang ada di Singapura. Pk
7.30 persiapan bersih diri, karena pk. 08.00 sarapan baru siap. Nah, perjalanan
ilmiah akan dimulai. Rombongan persiapan menuju Marina Bay, saya bersiap diri
menuju Braddle road dengan taxi untuk bersilaturahmi dengan para pejuang di
madrasah Al-Irsyad. Sopir taxi sangat membantu dengan informasi sepanjang
jalan, dan belia mengantarkan ke tujuan dengan pelayanan yang aman dan nyaman.
Ups, saya lupa saat menulis surat kunjungan masih dengan persepsi jam di
Indonesia. Mereka bilang sudah menunggu satu jam lalu, saya saya minta maaf
dengan tulus dengan kesalahan ini. Gedung al-Irsyad terlelak bersebelahan
dengan Departmen Agama Singapura. Mereka berjuang untuk tegak berdiri dalam
menciptakan sebuah lembaga yang membantu muslim di Singapura. (Cerita ini tidak
detail ya, karena akan menjadi topic saya di salahsatu majalah pendidikan).
Singkat cerita, lingkungan
diciptakan sedemikian rupa untuk mengantarkan generasi muslim agar mampu
menebarkan Islam sebagai agama damai dan rahmat seluruh alam. Dan semoga kami
bisa segera merumuskan kerjasama bersama dengan mereka. Karena pembahasan ini
masuk dalam agenda diskusi kami. Kepala sekolah dan asisten kepala sekolah
mengantarkan kami ke pintu gerbang, bahkan mereka membayar taxi kami menuju
Central Library National University of Singapore. Sesampainya di NUS, kami
menunggu grup sambil menikmati luasnya kampus. Bus antar fakultas tersedia
untuk umum, saking luasnya area di university ini. Pakaian para mahasiswa ini
sangat bebas, sandal jepit, celana sangat pendek, dan banyak hal yang menarik
perhatian. heheha …
Saat menunggu grup, aku meminta
bantuan pada salahsatu mahasiswa untuk koneksi internet. Dan, mereka sangat
ramah, membantu setting wifi dengan ID mereka, karena wifi memiliki secure. Dan
wifi siap digunakan! Untuk orang asing seperti saya dan mendapatkan keramahan
sedemikian, seperti minum es teh saat kehausan. Tour leader menjelaskan bagian-bagian dari kampus dan beberapa
jenis kegiatan yang ada di sana. Seharusnya kami diterima secara resmi, namun
dosen yang bertugas tiba-tiba harus ke Jogjakarta memberikan kuliah, maka kami
hanya berkeliling saja.
Cukup dengan perjalanan ilmiah di
dua lembaga pendidikan hari ini, sungguh dua sisi pandang yang menabrak
pikiranku. Aku telah berkecimpung di dunia pendidikan selama belasan tahun dan
masih ada selaksa pengetahuan yang harus aku jelajahi. Terutama bagaimana
menjadi guru yang bisa diteladani. Allohu Akbar! Terpampang segala kekurangan
diri dalam perjalanan kali ini, bertemu dengan pribadi-pribadi luar biasa
selalu menghadirkan niat baru dalam evaluasi. Itulah mengapa saya suka
menjelajah tempat baru.
Bersambung
di perjalanan Johor Bahru – Kuala Lumpur – Thailand J