SEPENGGAL PELAJARAN DARI MURIDKU SAAT PROYEK PRESENTASI PROFESI ORTU
Setelah 3 kali tahap presentasi profesi orang tua, akhirnya
tuntas juga proyek ini. Aku menemukan banyak anak-anak yang sungguh luar biasa
kemampuan presentasinya. Properti, seragam, dan benda yang berhubungan dengan
profesi orang tuanya dibawa ke sekolah.
Ada juga yang berinisiatif membuat power point. Itu lebih
mencengangkan ketika ada anak yang membuat materi power pointnya memukau dengan
penjelasan yang sangat detail. Bahasa anak-anak yang polos membuat
presentasinya semakin menarik.
Aku menemukan keberanian-keberanian yang terhalang oleh rasa
malu, was-was, takut salah, dan takut tidak diperhatikan. Aku menemukan
kalimat-kalimat pujian memukau untuk mama-papa mereka. Aku menemukan raut wajah
sedih, senang, bangga, sekaligus wajah absurd saat anak-anak melakukan
presentasi.
Tentu saja guru harus ambil tindakan suara tegas untuk
mengkondisikan forum untuk belajar menghargai dan menghormati para pembicara. Ada
ice breaking untuk merangkai semangat kembali. Ada cerita lucu untuk membuat
mereka tidak tegang. Aku temukan semua keajaiban itu dalam tiga hari bersama
mereka.
Saat menunggu murid-murid datang di depan pintu gerbang,
seorang murid lelakiku datang. Ia berusaha
menghafalkan materi presentasinya. Dia mendekatiku dan mencari ketenangan dan
keyakinannya. Aku hanya berusaha untuk tidak mengerti keresahan itu.
Murid istimewaku yang terbiasa di luar kelas, kali ini
presentasi dengan bahasa Inggris. Semua anak bertepuk tangan tanpa diminta.
Saat persiapan presentasi, seorang murid berbahasa asingku
mendekat. Dia tidak mau aku mengabadikan moment tantangan presentasi pertamanya.
Tangannya yang dingin, wajah yang sedari tadi terlihat hawatir, menarik nafas
berkali-kali berusaha menenangkan diri. Aku berdiri di sampingnya, dia sedikit
terasa bersandar. Aku berkelakar untuk menenangkannya.
“Oke, aku akan menterjemahkan presentasi Didi dengan bahasa
Arab”.
Dia tersenyum renyah, anak-anak yang lain tertawa kemudian
meminta. “Bahasa Jawa saja Ust?”
“Baiklah, aku akan menterjemahkan presentasi Didi dengan bahasa
Jawa”
Sandaran Didi sudah terasa lebih longgar, berarti dia sudah
lebih santai. Aku mengawali ucapan salam, dan Didi melanjutkan. “Assalamu’alaikum
Warohmatullah Wabarokatuh”. Semua teman terdiam.
Kata demi kata
diucapkan dengan sangat indah dalam bahasa Inggris. Aksen Australianya yang
sangat kental, membuatku terpukau. Ini kali pertamanya bicara hampir 5 menit di
depan public. Luar biasa!!!
Seusai presentasi, dia terlihat sangat lega. Suaranya hampir
terdengar seharian kali ini. Candaan temannya juga membuatnya penasaran dan
ingin mengetahui hal yang disebut “rahasia” oleh temannya.
Alhamdulillah, luar biasa efek yang dilahirkan dari kegiatan
ini. Berikutnya kami mengevaluasi kegiatan. Aku segera memberi pertanyaan.
Bagaimana pendapat kalian tentang kegiatan Presentasi kita?
1. Masih banyak anak yang tidak memakai baju/seragam orang
tuanya.
2. Seharusnya presentasi bisa selesai dalam 2 hari, tapi
karena ada yang tidak masuk maka jadi 3 hari deh.
3. Menurutku, selalu ada pertanyaan yang sama.
4. Masih ada yang tidak PD, aku sebenernya jg tidak tapi
akhirnya biasa saja.
5. Ada yang sudah membawa property, tapi menurutku mereka
belum menggunakannya dengan baik.
6. Ini kan presentasi tentang orang tua kita, tapi aku lihat
masih ada yang kurang yakin dengan presentasinya.
7. Jangan bergantung pada catatan kita. Biar jawaban kita
bisa lebih luas.
Dan masih banyak lagi evaluasi yang keluar dari
ucapan-ucapan mereka
Aku melanjutkan ke pertanyaan kedua.
“Menurut kalian, manfaat apa saja yang sudah kalian dapatkan
selama proses mengerjakan proyek ini?
1.
Belajar berani berbicara di
depan umum
2.
Belajar menjadi pendengar
yang baik
3.
Harus bisa mengukur volume
suara saat presentasi
4.
Mengenal ayah dan ibu lebih
dekat
5.
Aku jadi mengenal betapa
papa itu berjuang keras untuk anak-anaknya dan mama
6.
Lebih menghargai orang tua dan merasakan
menjadi mereka
7.
Harus bersyukur karena papa
dan mama selalu menyayangi kita
Banyak lagi pendapat yang tidak bisa kutulis satu persatu. Evaluasi
kami akhiri karena jam ektrakurikuler sudah dimulai.
Aku bangga pada kalian murid-muridku!!!
Dan aku belajar dari kalian.
Saat hari dimana kusebut sibuk atau lapang, semoga Allah SWT selalu menggelitikku agar mampu berdo'a untuk kedua orang tua dan keluargaku.
Saat hari dimana aku dibutuhkan, aku semoga Allah SWT mengirimkan seluruh kebaikan dan memberiku kemampuan untuk menyebarkannya.
Saat orang mempercayaiku, semoga Allah SWT memberiku kekuatan Iman dan Islam untuk membuktikan bahwa gelar Rasulullah Muhammad SAW "Al-Amin" adalah utama bagi setiap insan.
Saat hari dimana kusebut sibuk atau lapang, semoga Allah SWT selalu menggelitikku agar mampu berdo'a untuk kedua orang tua dan keluargaku.
Saat hari dimana aku dibutuhkan, aku semoga Allah SWT mengirimkan seluruh kebaikan dan memberiku kemampuan untuk menyebarkannya.
Saat orang mempercayaiku, semoga Allah SWT memberiku kekuatan Iman dan Islam untuk membuktikan bahwa gelar Rasulullah Muhammad SAW "Al-Amin" adalah utama bagi setiap insan.
Saat dimana aku menjadi orang yang dikenal banyak
orang, semoga Allah SWT masih menjadikan aku sebagai orang yang peduli.
Saat hari dimana aku menjadi orang yang memiliki banyak
harta, semoga Allah SWT menyiram hatiku untuk mendahulukan berbagi.
Saat dimana aku menjadi orang dengan jadwal padat, semoga
Allah SWT menjaga hati dan pikranku untuk tetap melakukan silaturahmi dengan
banyak orang.
Amin Ya Rabbal Alamin …
thanks for sharing Ustadzah.
BalasHapusikut gembira melihat anak-anak yang semangat belajar, tambah berani untuk presentasi di kelas.
saya sendiri sebagai orang tua yang membantu Didi mempersiapkan presentasi merasa tema ini sangat bermanfaat untuk menambah kedekatan anak dan ortu dan anak semakin mengerti apa yang dilakukan ortu mereka. selain belajar menghargai kerja keras ortu mereka juga belajar bahwa "uang tidak tumbuh dari pohon" :)
sukses untuk proyek selanjutnya, dan ditunggu cerita ruang kelas yang lain.
InsyAllah Mam, karena merasakan banyak keajaiban maka ngalir tulisannya. Sampai-sampai nulis sambil merem. Hehehe... Semoga saya mampu berbagi lagi.
BalasHapus