Menjadi perempuan yang terinspirasi
Saya sering mendapat julukan
“inspiring woman”, bahkan beberapa tahun lalu diresmikan dengan penghargaan dan
plakat berbunyi demikian dari PKS Jatim. Nah, Sabtu pagi kemarin aku mengalami
hal yang terbalik. Jumatnya, Pak Martadi, salah satu sobatku, minta tolong agar
menggantikannya memberi komentar/endorsement pada peluncuran buku ustadzah
@Hamdiyah Rochmah di Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya. Karena kulihat agendaku
Sabtu gak ada apa-apa, aku sanggupi.
Buku baru dikirim Jumat malam dan
baru saya tahu ada di meja Sabtu pagi. Saya berangkat pukul 8 meskipun undangan
pukul 9, sambil baca buku di mobil dan di ruang tunggu SAIMS. Subhanallah,
bukunya sangat menarik. Judulnya Kelasku, Laboratorium Kehidupan. Acara
sangat meriah, untuk ukuran seorang guru SD. Ada anak-anak baca puisi, main
perkusi, main musik, menyanyi, akting, semuanya mengggambarkan kisah-kisah yang
ada dalam buku. Lalu ada film ttg SAIMS dan kegiatan belajar mengajar Ustadzah
Rochmah. Filmnya begitu bagus, gambar-gambarnya ‘bercerita’, ada teksnya juga
dwi-bahasa (Indonesia-Inggris), plus ilustrasi musik/lagu yang amat pas. Seusai
pemutaran film itu, beberapa ibu bisik-bisik “Kami orangtua siswa juga ingin
sekolah di sini …”.
Yang paling menyentuh hatiku adalah
video The Power of Dream, yang merupakan profil Ustadzah Rochmah. “Berawal dari
sini …..” lalu ada gambar sebuah kampung di Lamongan, sebuah rumah, dan seluruh
anggota keluarga. “Datang dari desa kecil, tidak berarti memiliki mimpi kecil
….”, video berlanjut ke berbagai kegiatan Ustadzah ketika mengajar, hingga
melanglang ke beberapa negara tetangga. Seluruh presentasi itu diberi ilustrasi
lagu The Power of Dream, yang liriknya selaras dengan kisah gadis dari desa
kecil bercita-cita besar ini.
Ustadzah juga bercerita bahwa kedua
orangtua dan sebagian besar saudaranya adalah guru. Dikisahkan pula bahwa
ayahandanya sedih bila sesuatu yang buruk menimpa muridnya, lalu bisa berwajah
gembira bila hal baik yang terjadi. Saya tersentuh: ada berapa guru/dosen yang
seperti ini? Murid/mahasiswa gak masuk, dicuekin. Apakah dia sakit, kecelakaan,
orangtuanya masuk RS, orantuanya bercerai, dll? Banyak guru/dosen tidak peduli.
Pendeknya, video dengan dwi-bahasa
yang cukup baik itu membuat aku mbrebes mili. Ini menyadarkan saya bahwa banyak
sekali orang hebat, perempuan hebat, dari generasi di bawah saya. Oleh sebab
itu, saya imbau Pak Ismail Nachu, Ketua ICMI, yang adalah ortu siswa, agar
kapan-kapan kalau butuh pembicara atau tokoh perempuan, Ustadzah Rochmah
dijawil. Alhamdulillah, ternyata Ustadzah Rochmah salah satu pengurus ICMI juga
–hanya saya jarang bertemu dalam rapat.
Di akhir acara yang luar biasa itu:
mencerahkan, mengilhami, membuat saya tepekur, ada penjualan buku. Saya membeli
10 bukunya. Buku-buku ini akan saya hadiahkan pada para peserta terbaik di
pelatihan SSW. Sungguh, buku yang bahasanya enak dibaca dan isinya berbagi
pengalaman teaching & learning yang breaking the tradition, out of the box,
amat berharga dibaca terutama oleh sesama guru.